Rabu, 30 Desember 2009
Mengenang Gus Dur
Selamat jalan, Gus. Doaku untukmu.
Jumat, 25 Desember 2009
Nadia Tidak Melanggar Kodrat
Sebenarnya keberadaan orang dengan kelamin ganda bisa digunakan untuk pintu masuk untuk menilik persoalan jenis kelamin ini lebih teliti, dan menurut saya sudah tepat argumen dari dokter pelaku operasi ganti kelamin, ada jenis kelamin ketiga yakni transexual.
Pernah saya sampaikan dalam postingan saya terdahulu bahwa jenis kelamin default dari manusia adalah perempuan. Artinya, jika ada aspek dari janin-calon-laki gagal dimaskulinkan maka aspek tersebut akan menjadi feminin. Satu contoh telah saya angkat dalam postingan tersebut dan dalam kesempatan ini saya akan mengangkat satu kasus lagi, yakni janin-calon-laki yang sukses dimaskulinkan dengan terbentuknya sistem reproduksi yang sempurna sebagai lelaki tetapi otaknya gagal dimaskulinkan. Ya, otak janin-calon-laki harus dimaskulinkan, dan jika gagal janin tersebut akan memiliki otak perempuan. Ada hormon yang memaskulinkan otak janin-calon-laki yang sayangnya karena dianggap asing oleh si ibu, hormon tersebut mendapat perlawanan. Perlawanan ini semakin menguat terhadap janin-janin-laki2 berikutnya. Jika perlawanan ini menang maka yang tercipta adalah seorang bayi yang sempurna organ reproduksinya sebagai lelaki tetapi otaknya perempuan. Peristiwa biologis ini merupakan penjelasan kuat munculnya fenomena orang-orang yang merasa dirinya perempuan yang terjebak di dalam tubuh laki-laki. Dan kemungkinan besar inilah yang menimpa Nadia.
Jika benar demikian, Nadia tidak melanggar kodrat tapi kodrat yang menimpa dirinya sungguh membingungkan apalagi di tengah masyarakat yang tidak menjadikan sains sebagai landasan moralnya. Sikap terbaik kepada Nadia adalah dengan berempati serta mendukung apapun pilihan yang dia ambil sebagai pilihan terbaik untuk menjadikan dirinya merasa utuh sebagai manusia.
Sumber: Matt Ridley, Genome.
Minggu, 29 November 2009
Hindari Pemakaian Pil Pencegah Kehamilan
Wah, aku ngelantur ke film segala. OK, aku lanjutkan. Sejak menjadi beradab, manusia mengembangkan berbagai cara untuk mencegah kehamilan. Karena memang sudah menjadi dasar keberadaan manusia untuk mencari kesenangan dan kenikmatan tanpa repot-repot dengan risiko kehamilan. Sebagai hasil dari pelapisan demi pelapisan pengetahuan tersebut saat ini kita mengenal coitus interuptus, kondom, IUD, tubektomi, vasektomi, pil, suntik, implan, dan sebagainya sebagai moda pencegahan. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan, dan pada kesempatan ini saya akan menyampaikan kelemahan yang jarang disinggung dalam berkontrasepsi dengan pil: menurunkan gairah seksual perempuan penggunanya.
Pil KB mengandung progesteron dan estrogen, itu kita sering dengar. Tapi yang kita tidak tahu adalah pengaruh tidak langsungnya terhadap jumlah testosteron. Adalah testosteron, bukan yang lain, hormon yang berpengaruh pada gairah seksual perempuan (juga laki-laki, tentu saja). Mekanismenya adalah sebagai berikut. Pil KB meningkatkan jumlah SHGB, protein dalam darah yang mengikatkan dirinya pada testosteron. Peningkatan SHGB mengakibatkan penurunan jumlah testosteron-bebas di dalam darah. Penurunan kadar testosteron mengakibatkan penurunan libido perempuan. Yang menarik adalah bahwa penghentian penggunaan pil KB ternyata tidak menurunkan kembali kadar SHGB. Dengan kata lain penurunan kadar testosteron pada perempuan akibat konsumsi pil KB bersifat permanen.
Berdasarkan statistik, satu dari empat pengkonsumsi pil KB mengeluhkan penurunan gairah seksual. Walaupun demikian perlu dicatat bahwa pil KB tidak menurunkan kemampuan perempuan menikmati hubungan seksual, pil KB hanya menurunkan keinginan untuk bercinta. Untuk itu, sebaiknya bagi yang belum menentukan pilihan kontrasepsi, jangan memilih pil KB sebagai pencegah kehamilan. Jangan sampai keinginan mbakyu-mbakyu semua terhadap penikmatan-kenikmatan-ternikmat-di dunia menjadi padam di tengah jalan.
Sumber: Mary Roach, Bonk—The Curious Coupling Of Science And Sex.
Senin, 16 November 2009
Minggu, 15 November 2009
Anakku Terlahir Sebagai Perempuan
Waktu di sekolah menengah kita dikasih tahu bahwa kita memiliki 23 pasang kromosom yang mana separuh dari ibu dan separuh dari ayah. Ada sepasang kromosom yang kemudian disebut kromosom sex yang jika pasangan tersebut berupa XX akan menjadi perempuan sementara jika pasangan tersebut berupa XY akan menjadi anak laki-laki. Saat ini kita tahu bahwa kejadiannya tidak sesederhana itu.
Ahli biologi mengatakan bahwa jenis kelamin default manusia adalah perempuan, berbeda dengan, misalnya, jenis kelamin default burung yang laki-laki. Artinya jika tidak dilelakikan, seorang janin akan menjadi perempuan. Kehadiran kromosom Y adalah salah satu hal utama yang melelakikan janin. Pada minggu ke-5, janin mengembangkan gonad berpotensi ganda yang dapat berkembang menjadi testis atau ovarium. Apabila terdapat kromosom Y, pada minggu ke-7 gonad berkembang menjadi testis. Sementara jika tidak ada kromosom Y, gonad akan bersantai-santai dulu sebelum berkembang menjadi ovarium pada minggu ke-13.
Meskipun demikian, menjadi laki-laki atau perempuan tidak otomatis terjadi dengan kehadiran ovarium atau testis. Masih banyak lagi struktur berpotensi ganda lain yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh sekresi hormon steroid yang dihasilkan oleh testis yang dikenal dengan androgen (diproduksi pada minggu ke-8). Kehadiran androgen inilah yang mengakibatkan struktur berpotensi ganda tersebut menjadi organ laki-laki (ujung penis, batang penis dan skrotum) dan ketidakhadiran androgen akan menjadikannya organ perempuan (klitoris, labia minora dan labia mayora). Janin juga menyiapkan dua saluran, yakni Wolffian dan Mullerian. Kehadiran androgen akan mengakibatkan Wolffian menjadi vesikula seminalis, vas deferens dan epididimis (saluran-saluran kepunyaan laki-laki) sementara saluran Mullerian akan menyusut. Jika yang terjadi sebaliknya yakni androgen tidak hadir, saluran Wolffian akan menyusut sementara saluran Mullerian akan berkembang menjadi rahim, tuba fallopi dan bagaian dalam vagina (saluran-saluran kepunyaan perempuan).
Itu jika kejadiannya sesuai rencana. Faktanya, proses di atas memerlukan rangkaian panjang yang melibatkan enzim-enzim yang dihasilkan gen-gen yang pada gilirannya memicu gen-gen lain untuk menghasilkan enzim-enzim. Jika proses ini terganggu, misalnya karena mutasi salah satu gen, akan terlahir bocah yang transjender. Misalnya janin berhasil menghasilkan testis tapi gagal mengembangkan saluran-saluran khas laki-laki dan akibatnya terlahir bocah dengan vagina yang menunjukkan keperempuanannya tapi ternyata sebenarnya bocah tersebut laki-laki dengan terbukti secara genetis dan keberadaan testis (biasanya diketahui setelah dewasa dengan keluhan tidak kunjung haidh dan uji genetis memastikan kelelakiannya). Contoh-contoh kelainan yang lain menunjukkan bahwa sebenarnya jenis kelamin tidak se-rigid yang kita duga.
Aku ceritakan ini dengan suatu pengharapan semoga anakku menjadi dan akan terus menjadi perempuan yang normal sehingga tidak menghadapi problema sosial yang dihadapi saudara-saudaranya yang transjender. Lebih jauh, semoga suatu saat jika dia membaca tulisan ini dia mampu mengembangkan empati terhadap mereka yang menghadapi masalah identitas dan orientasi terkait dengan jenis kelamin. Semoga.
Sumber: Mengapa Seks Itu Asyik (terjemahan) karya Jarod Diamond, terbitan KPG.
Minggu, 25 Oktober 2009
Sabtu, 10 Oktober 2009
Selasa, 06 Oktober 2009
Kamis, 13 Agustus 2009
Cari dulu pendapat kedua, jangan buru-buru ikut Arab Saudi
Senin, 20 Juli 2009
Jika Engkau
Senin, 01 Juni 2009
Keadilan
Hiruk pikuk di TV akhir-akhir ini memaksaku merenungkan kembali makna keadilan ( hal yang muluk-muluk, bukan?). Meskipun kata adil dan turunannya muncul dua kali dalam dasar negara Pancasila, kata ini hampir tidak pernah melintas dalam hati dan fikiran kita kecuali saat kita mendapat perlakuan sebaliknya: perlakuan tidak adil.
Tapi justru dari sini kita memperoleh insight: mungkin benar bahwa prinsip-prinsip moral tidak lahir dari penalaran murni, tapi lahir dari kepraktisan pergaulan saja: karena saya tidak ingin diperlakukan tidak adil maka tidak bermoral jika saya berlaku tidak adil kepada yang-lain. Tentang hal ini Rabi Hillel, seorang ulama Yahudi Pra-Jesus (Isa Al masih), lebih dari 2000 tahun yang lalu telah menyampaikan kaidah emasnya: “ Jangan melakukan sesuatu kepada orang lain, apa yang engkau tidak ingin orang lain melakukannya kepadamu”.
Al Quran, sebagai kitab suci yang menurut saya menganut prinsip pragmatisme-pencapaian dalam menuju pencapaian-idealisme, telah membongkar salah satu hal yang menyebabkan kita berlaku tidak adil kepada yang-lain: kebencian (Dan janganlah kebencianmu pada suatu kaum menjadikanmu berbuat tidak adil kepada mereka. Berbuatlah adil, karena berbuat adil itu dekat dengan takwa). Namun demikian, Al Quran memahami bahwa kita sulit menghilangkan kebencian kita kepada yang-lain,oleh karena itu Al Quran secara pragmatis meminta kita untuk tidak membiarkannya menelusup ke bawah-sadar kita dan membuat kita berbuat tidak adil kepada yang-lain yang kita benci. Meskipun dari situ orang bisa membaca apa-yang-tidak-dikatakan dari idealisme Al Quran, bahwa kita bisa meningkatkan kemampuan berbuat adil jika kita bisa sedikit demi sedikit memupus kebencian pada yang-lain.
Tentang keadilan, salah satu petunjuk dapat kita peroleh dari kata-kata Jean Marais kepada Minke dalam Bumi Manusia: Berbuatlah adil sejak dari berfikir. Nah, apakah kita sudah berfikir secara adil tentang yang-lain?
Kali ini yang-lain yang hadir di depan kita adalah Ahmadiyah.
Senin, 20 April 2009
Membela Kartini
Banyak ustadz bilang, arrijalu qawwamuna ’alannisa’ [1], sebagai legitimasi. Mereka mengartikannya dengan lelaki adalah pemimpin perempuan. Apakah memang qawwamun berarti pemimpin? Paling tidak ada orang alim lain yang bilang bahwa kata qawwamun sebenarnya bisa berarti pelindung, pemelihara, penjaga, bahkan pelayan [2].
Kalau kita tilik asbabunnuzul ayat ini, mungkin yang paling sesuai adalah jika qawwamun diartikan dengan pelindung atau pemelihara. Suatu ketika ada seorang perempuan datang kepada Nabi, mengadukan pemukulan yang dilakukan suaminya karena penolakannya untuk berhubungan suami-istri. Nabi menjawab bahwa suaminya layak untuk mendapat pembalasan pukulan. Lalu turunlah ayat ini[3].
Kalau dibaca kelanjutan dari ayat ini, bima fadhalallahu ba’dhahu ’ala ba’dhin, dapat ditafsirkan bahwa semestinyalah lelaki itu melindungi perempuan dengan apa yang Allah lebihkan pada lelaki daripada perempuan, yakni kelebihan kemampuan fisik. Tidak pantas bagi seorang lelaki beradu pukul dengan perempuan, karena hampir pasti dia menang.
Selanjutnya ayat ini berujar, wabima anfaqu biamwalihim, yang mengaitkan peran perlindungan tersebut dengan penafkahan kepada istri oleh suami yang lazim di jaman itu, walau makin berkurang kelaziman tersebut di jaman sekarang.
Singkatnya, ayat ini sebenarnya bukan menegaskan kepemimpinan laki-laki terhadap perempuan tapi mengharuskan perlindungan kepada perempuan berupa perlindungan fisik dan juga perlindungan ekonomi. Jika ruh ayat ini ingin diperjuangkan, memberikan kemerdekaan ekonomi kepada perempuan melalui pembukaan kesempatan bagi mereka untuk berkarya merupakan tindakan yang paling sesuai dengan kehendak tuhan. Bukan dengan meminta mereka taat kepada laki-laki, bukan menguasai mereka dengan ketergantungan ekonomi.
Apakah aku sudah membelamu, Kartini?
[1] QS Anisa’[4]:34
[2] Khaled Abou El Fadl, Atas Nama Tuhan, Serambi 2004
[3] Tafsir Ibnu Katsir
Rabu, 15 April 2009
guh, teguh
dari sekian kemungkinan eksistensi perempuan (menjadi tukang sayur, tukang ingsinyur, pedagang, investor, dll), kenapa perempuan mesti dipasung dengan kata-kata indah berupa kawan, kekasih dan ibu? Sekedar pendamping? Sekedar kanca wingking?
Oalah, GUh, Teguh...
Minggu, 15 Maret 2009
perempuan muda
Saat ngopi di restorasi kemarin, aku dapat pencerahan, eh ternyata ada to pramugarinya. Dan tentu saja sudah dapat diduga ujung dari segregasi ini. Mereka yang cewek-cewek ini memang hanya disediakan untuk melayani klas eksekutif saja. Tambahan lagi, pramugara-pramugara yang melayani kami di klas bisnis tidak hanya mereka itu cowok, tapi juga sudah tua-tua. Beda dengan pramugara yang melayani klas eksekutif, relatif lebih muda.
Naik kereta eksekutif tentu saja salah satu tujuannya adalah kenikmatan hidup, tapi yang tidak aku duga, yang termasuk layanan kenikmatan hidup itu adalah perempuan dan kemudaan.
Selasa, 17 Februari 2009
Ada-di sana-menuju-kematian
Aku ada di dunia ini. Kusadari adaku. Kusadari pula bahwa adaku adalah bukan mauku, aku tidak pernah ditanya apakah aku bersedia diadakan di dunia ini. Selalu ada tanya, apakah aku mesti menghidupi adaku yang bukan mauku. Di ujung adaku, maut akan menebasku. Banyak orang mencoba melawan maut, namun setahuku belum ada yang berhasil. Aku sadari aku pasti mati, walau kadang aku mengingkarinya. Yang lebih banyak adalah dengan melupakannya. Namun maut selalu menolak untuk diabaikan, ia sering hadir di saat orgasmeku, atau di saat lemak mencair dalam mulutku, atau ketika punggungku nyaman menyandar di kasur-kapasku. Pokoknya ia sering menjadi bayangan gelap di saat momen-terang-menyenangkanku.
Memang, kesenangan. Aku takut mati karena ia akan memupus segala kesenanganku. Segala kesenangan yang pernah dan mungkin akan kuperoleh. Maut akan memupus kesenanganku berkelamin, maut akan menghentikanku menikmati pecel Madiun, maut juga akan menghapus gunung dan lautan dari diriku. Pokoknya maut akan menutup semua jalur inderaku yang merupakan gerbang-kesenanganku.
Ya, aku takut mati, aku menggigil di hadapannya. Tapi siapa yang tidak? Ia pasti datangnya, walau tak pasti kapannya. Karena tak pasti itulah aku semakin takut mati. Ia seakan kawan seiring, selalu menguntit adaku, dan setiap saat bisa menelanku. Saat kelewangnya berkelebat dan leher keberadaanku putus, kesenanganku berguling jatuh ke tanah seketika itu juga.
Itulah mengapa, kredo pertama sebelum segala kredo yang lain adalah: aku hanya ingin senang. Betapa sering aku dibuat jengkel ketika gangguan datang di saat aku sedang menikmati kesenanganku. Kata hatiku, dan mungkin juga kata hatimu: ”Jangan menginterupsi kesenanganku, karena setiap saat maut bisa menginterupsi adaku. Biarlah saat ini menjadi abadi. Biarlah setiap detikku adalah kesenangan.”
Wahai diriku, mari berhedon-hedon.
Minggu, 15 Februari 2009
Korban NII: Docile and utilized men
Hal ini mengingatkan kita pada istilah "docile and utilized men", orang-orang yang otaknya sudah ditundukkan dan kemudian bisa digunakan, untuk apa saja kemauan si pencuci otak. Para korban NII ini mirip dengan pelaku bom bunuh diri, yang umumnya diiming-imingi kemartiran, yang rela melakukan kegilaan demi tujuan mentor2nya.
Yang aneh adalah, sebagai tindakan makar, NII kok tidak dihantam oleh aparat dengan tangan besi. Di TV sesekali ditunjukkan juga sih beberapa bupati dan birokrat NII yang diadili, tapi sepertinya tidak tuntas, dalam bahasa aparat: sampai ke akar2nya. Mungkinkah ini karena menurut aparat mereka hanya pura2 makar, dan hanya merupakan kasus penipuan belaka? Sebagaimana kasus penipuan investasi bodong yang selalu berulang di negeri ini?
Akhirnya aku juga berfikir. Apakah aku juga tidak telah dicuci otak oleh invisible hand lain yang membuatku ditundukkan dan tanpa sadar menjalankan misi2 mereka?
Kamis, 12 Februari 2009
meminjam tangan MUI untuk memukul NII
ndak setuju, dab.
aku paling ndak setuju menyatakan suatu aliran itu sesat,
kalau ada yang kriminal, bawa aja ke pengadilan, lebih elegan
apalagi memaksa MUI mengeluarkan fatwa,
aku ndak setuju.
setelah banyak orang otaknya kacau
(yakni meminta MUI mengeluarkan fatwa haramnya golput,
juga haramnya rokok,
dirimu tahu kan, ke ulama itu kita hanya bisa meminta fatwa apa hukumnya ini dan itu, bukan memintanya mengeluarkan fatwa haram)
tak perlu lagi ada tambahan orang kacau
bukan berarti aku tidak bersimpati dengan korban NII,
bawa aja ke pengadilan, dab...
ulang tahun Darwin yang ke-200
Dua ratus tahun yang lalu bocah itu lahir dan 50 tahun kemudian bikin geger dunia dengan bukunya The Origin. Untuk memperingati 200 tahun kelahiran Darwin, saya ingin berbagi serba sedikit tentang teori evolusi a la Darwin.
Menurut Ernst Mayr, sesungguhnya teori Darwin itu tidak tunggal, tapi terdiri dari 5 teori yang tergabung dalam sebuah paradigma. Kelima teori itu adalah: bahwa makhluk hidup bisa berubah, perubahan itu terjadi secara gradual, seleksi alamiah berperan dalam perubahan itu, dari perubahan itu bisa muncul spesies baru dari spesies yang ada, dan oleh karenanya semua makhluk hidup memiliki kekerabatan dan berasal dari leluhur yang sama.
Tidak semua teori dari kelima teori tersebut langsung diterima oleh komunitas ilmiah, hanya dua yang segera mendapat penerimaan, yakni bahwa makhluk hidup bisa berubah (berevolusi) dan kesamaan leluhur dari semua makhluk hidup. Tiga teori yang lain yakni gradualisme, multiplikasi spesies dan seleksi alamiah masih digantung. Bahkan seleksi alamiah tidak mendapat perhatian sama sekali.
Penemuan kembali karya Mendel melahirkan ilmu genetika, para ahlinya segera saja menolak seleksi alamiah dan menolak gradualisme. Mereka mengajukan gantinya, yakni bahwa spesies muncul dari lompatan tiba-tiba akibat mutasi genetik. Akibatnya, seleksi alamiah berada di titik nadir. Namun itu tidak lama. Beberapa ahli genetika yang dibantu oleh ahli statistik Ronald Fisher menunjukkan bahwa gen dengan sedikit keunggulan selektif bisa menyebar ke dalam genotip populasi, akibatnya tidak diperlukan sebuah loncatan evolusi. Evolusi terjadi secara gradual, dan loncatan evolusi ditolak. Puncaknya adalah tahun 1947, tahun dimana akhirnya para ahli menerima evolusi terjadi secara gradual, bahwa spesies muncul dari spesies lain melalui seleksi alamiah.
Dan akhirnya, perkembangan biologi molekular semakin melengkapi teori evolusi Darwin. Dunia sedang menunggu, revolusi apalagi yang akan terjadi dalam biologi.
Sumber: Ernst Mayr, What Makes Biology Unique,
Selasa, 10 Februari 2009
Panggil aku, Jack Separo
Satu dua kawanku memanggilku jack, dan kaki kiriku cuma separo (bahkan kurang!!!). Jadi baiklah, ini menjadi tanda hadirku di jagad yang dibangun dari sistem biner ini. Tentu saja semua orang tahu bahwa nama ini memba-memba nahkoda-kapal-bajak-laut (“lanun yang paling teruk”) Jack Sparrow. Dia yang mati-matian mengejar keabadian, tapi demi kawan, rela juga melepas kesempatan itu.
Dalam adegan terakhir Pirates of Carribean- At World’s End ditampilkan Jack Sparrow yang sedang mengamati sebuah peta yang menunjuk posisi dari aqua de vida. Konon dari air kehidupan (arab: maul hayat) inilah, Bagindha Kilir (Nabi Khidlir) mendapatkan umur panjang sehingga mampu melintasi milenia demi milenia, menjadi pembimbing spiritualitas hampir di semua era, hingga konon sempat membimbing Musa, menghadiri pemakaman Muhammad dan juga berjumpa dengan Ibnu ‘Arabi.
Aku teringat bahwa dalam tradisi Jawa air kehidupan ini memiliki padanannya, yakni tirta perwita. Namun alih-alih keabadian, orang yang mereguknya akan mendapatkan kesejatian diri. Kisah pewayangan yang terkenal dalam tema ini tentu saja adalah kisah Bratasena yang diminta gurunya Resi Durna untuk mencari kayugung susuhing angin tirta perwita sari yang mengantarnya pada perjumpaan dengan Dewa Ruci yang tidak lain adalah diri-pribadinya sendiri. Hanya kepada Dewa Ruci yang berbentuk Bratasena-mini inilah, Bratasena berbicara dengan bahasa krama inggil, sementara kepada segenap isi dunia ia memili menggunakan bahasa ngoko yang egaliter.
Memba-memba Jack Sparrow? Juga Bima Suci? Muluk-muluk kiranya. Tapi aku adalah manusia, yang mungkin selalu terganggu dengan kefanaanya sehingga menyukai tema-tema keabadian, dan yang selalu berlumur ketidakmurnian sehingga menyukai tema-tema kesejatian diri.
Sampai-sampai terkadang lupa bahwa manusia hanyalah “Ada-di-sana-menuju-kematian”.