Jumat, 23 April 2010

Hari Kartini 2010

Pada Hari Kartini kemarin aku membuat sebuah status di FB yang lalu dikomentari oleh teman-temanku. Akan sangat sia-sia jika obrolan di sana tidak diabadikan dalam sebuah postingan.

SJ : Cara paling samar-samar dalam menindas perempuan dan karenanya paling berbahaya adalah dengan mengatakan bahwa emansipasi itu tidak boleh melanggar kodrat.

RA : Selamat hari Kartini...

NB : Asalkan jgn gara2 emansipasi...istri memandang sepele sama suami. Krn kata nabi " seandainya manusia boleh bersujud, maka istri wajib bersujud pada suaminya". Jgn jadikan emansipasi wanita jadi ajang lomba masuk neraka. Tapi kalo masalah tenaga, pikiran, hati, kecerdasan dan bakat... Wanita memang perkasa... ...

SJ : buat NB:
Memandang lebih rendah atau lebih tinggi itu sama buruknya, baik dilakukan oleh istri ke suami atau suami ke istri. Hadits yang sampeyan sampaikan itu bermacam-macam versinya dan dari segi kritik sanad statusnya beragam dari dhaif hingga hasan gharib, dan semuanya adalah hadits ahad. Di samping itu hadits tersebut matan (redaksi)nya sangat ganjil, dan layak mendapat kritik matan. Singkat kata, hadits tersebut bermasalah untuk dijadikan dasar hukum.

buat pak RA:
selamat hari emansipasi juga pak. salam.

MDM: Emansipasi= mengurangi kekuasaan laki2..

NB : astaghfirullah.. betul mas SJ... aku salah dan tidak berhati2 meriwayatkan hadist. mudah2an Allah mengampuniku... RALAT " Seandainya aku boleh menyuruh seseorang untuk bersujud kepada orang lain, maka aku akan perintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya' (HR. Abu Dawud, Al hakim dan attirmidzi menshahihkan). 
wuih hampir 2 jam aku berbuat dosa baru, maklum harus menjalankan tugas ibu menidurkan anak. jadi ralatnya terlambat. maaf ustadz SJ...

SJ : buat MDM: 
iya, memang emansipasi itu untuk mengurangi kekuasaan laki2, tujuan emansipsi itu kesetaraan termasuk dalam kekuasaan. 

buat NB:
udah belasan tahun nggak ketemu kok manggil aku mas, saru.

Mungkin engkau salah mengerti dengan yang kusampaikan dalam komentar sebelumnya. Coba dibaca lagi. Komentar sebelumnya menekankan bahwa Hadits yang engkau riwayatkan dan hadits2 yg serupa itu banyak versinya dan secara keseluruhan bermasalah dan ganjil. Bisa kutambahkan di sini. Walau bukan ukuran, hadits tersebut tidak diriwayatkan oleh Bukhari, dan bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan Bukhari yang mengatakan bahkan istri2 nabi biasa mendebat nabi hingga nabi marah sampai pagi. 

Ahli fikih yang sembrono dan tidak hati2 memang biasa menjadikan hadits yang engkau sampaikan itu untuk menjadi dasar penetapan hukum bahwa suami itu lebih berkuasa dari istri. Sementara ahli fikih yang serius akan berhati-hati menggunakannya karena persoalan hubungan istri dan suami itu sangat serius, jadi penetapan hukum tentang hal itu harus dengan dalil yang kokoh bukan dengan hadits bermasalah yang engkau sebut. wallahu a'lam.

MDM: @SJ, lho piye to ki, kekuasaanmu dikurangi kok malah seneng..
Tuing tuiiing..

NB : hehehe saru yaaa.... jadinya sorri deeeh....

ttg masalh di atas itu adalah hadist shahih .. dishahihkan pula oleh syeh albani. hal itu sudah bisa dijadikan hujjah. 

sedangkan ttg kaitannya dengan ahli2 fikih ... sebaiknya tidak usah dikaitkan karena akan menimbulkan pertentangan. ikuti saja sunnah nabi.

hadist diatas dimaksudkan bukan untuk mendiskriminasikan kaum perempuan. tetapi untuk menunjukkan bahwa istri harus tunduk kepada suami karena suami adalah pemimpin bagi istri . makanya kalau kita paham akan hadist maka tidak mengambil satu hadist saja untuk ditafsirkan tersendiri. karena masing2 saling bekelanjutan. 
"dari ibnu umar dia bercerita aku pernah mendengar rasulullah bersabda : masing2 kalian adalah pemimpin dan masing2 kalian akan dimintai pertanggungjawaban tentnag kepemimpinannya. seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan bertanggungjawab atas kepemimpinannya. Seorang wanita juga pemimpin didalam rumah tangganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya, seorang pembantu juga pimpinan bagi harta majikannya dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya. dan masing2 kalian adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya (muttafaqah 'alaih)

bahkan menurutku hadist dia atas menunjukkann betapa islam memuliakan perempuan , dengan menunjukkan batasan2 perempuan. wanita yang benar2 takut kepada Allah harus terus berusaha mentaati Allah, Rasul dan suaminya. dan hendaklah dia mencari keridhaan suami karena keridhaan itu merupakan surga dan nerakanya.
dan apabila wanita telah taat kepada suami ((selama tidak untuk bermaksiat kepada Allah ta'ala) Allah berfirman .."kemudian jika mereka mentaatimu, maka jnaganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya (QS. An_Nisaa" : 34)

SJ : buat MDM dan NB:
Ya, aku senang kalau aku tidak berkuasa atas istri, atau sebaliknya aku senang kalau istri tidak berkuasa atas diriku sebagai suami. Jika argumen istri memang lebih kuat, suami sudah wajar mengikutinya begitupun sebaliknya jika argumen suami lebih kuat sang istri sudah wajar mengikutinya. Hubungan suami istri tidak semestinya didasarkan pada kepatuhan, karena kepatuhan adalah hubungan budak dengan tuannya. Hubungan suami istri adalah hubungan yang setara dengan demikian aku menolak pendapat yang mengatakan istri harus patuh dan tunduk pada suami. Aku meyakini bahwa kesetaraan adalah ajaran agamaku, dan aku mengaggap bahwa faham kepatuhan istri kepada suami bukanlah ajaran agamaku, apalagi faham yang mengatakan bahwa istri harus mencari keridhaan suami untuk masuk surga. Itu jelas kutolak.

buat NB:
sudah kukatakan bahwa hadits yang anda gunakan itu banyak versinya dan status sanadnya beragam dari yang dha'if hingga hasan gharib. Walau ada satu versi disebut shahih oleh albani, harus dicatat bahwa hadits tersebut ahad. Lagipula albani pernah berpendapat bahwa kesahihan hadits saja tidak cukup. Hadits disebut shahih itu jika ditinjau dari sanadnya saja. Albani sendiri mengatakan di samping kritik sanad, hadits juga harus ditinjau dari segi matan. 

pernyataan ikuti saja hadits nabi dan Al Quran sepintas bagus tapi juga bermasalah karena hadits dan ayat harus ditafsirkan, ditinjau dengan hadits dan ayat lain, direnungkan kembali, hasilnya adalah penafsiran, hasilnya adalah fikih. Setiap pemahaman atas quran dan hadits adalah pemahaman, bisa keliru bisa benar.

wallahu a'lam.

AMF: hoooo... syaekhona SJ.. makasih atas tausiyahnya...

NB : Sudah jelas faham qt berbeda. Dan itu sy hormati. Jazakallah.

SJ : Ya, toh (pemahaman) islam itu warna warni. Semoga allah membalas kebaikanmu juga.

SJ : Lha, AMF, sampeyan harusnya yang menjelaskan lebih dalam dan jauh. Aku kan santrimu.

PP : entah kenapa gwa geregetan tiap liat status maz SJ dikomengin ama mas... sapa namamu? MDM? itu lah pokoke. 

coba sampean ke psikiater, mas. keknya sampean kenak gangguan kejiwaan yang namanya megalomaniak. ndak semua laki2 seneng menguasai perempuan, karena penguasaan itu cuma melahirkan ketertindasan dan ketertindasan melahirkan perlawanan. ndak asik idup barengan sama orang tertindas. ndak bisa diajak mikir bareng, ndak bisa diajak bersenang2 bareng. 

gwa ndak tau luka kejiwaan apa yg pernah lu alami waktu kecil, entah ngeliat ortu yg KDRT, atau lingkunganmu pernah meng-abuse mu secara seksual, tapi sepertinya kamu perlu buka mata lebih lebar dan hati lebih luas buat nerima kalo KAMU NGGAK TINGGAL DI ARAB.