Minggu, 29 November 2009

Hindari Pemakaian Pil Pencegah Kehamilan

Entah kita sadari atau tidak, kehamilan merupakan efek samping dari persetubuhan, sebab sebagian besar hubungan seksual dilakukan untuk rekreasi bukan prokreasi. Bahkan patut diduga bahwa nenek moyang kita dahulu tidak begitu saja tahu keterkaitan antara kehamilan dengan persetubuhan. Oleh karena itu jika terjadi kejadian alam yang menghancurkan peradaban modern, kiamat 2012 misalnya, bisa jadi secara kebetulan yang tersisa adalah sekelompok manusia yang tidak memahami keterkaitan sex dengan kehamilan. Dengan demikian kita patut menyarankan agar seksolog dan ginekolog termasuk dari orang-orang penting yang harus dinaikkan ke Bahtera Nuh.

Wah, aku ngelantur ke film segala. OK, aku lanjutkan. Sejak menjadi beradab, manusia mengembangkan berbagai cara untuk mencegah kehamilan. Karena memang sudah menjadi dasar keberadaan manusia untuk mencari kesenangan dan kenikmatan tanpa repot-repot dengan risiko kehamilan. Sebagai hasil dari pelapisan demi pelapisan pengetahuan tersebut saat ini kita mengenal coitus interuptus, kondom, IUD, tubektomi, vasektomi, pil, suntik, implan, dan sebagainya sebagai moda pencegahan. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan, dan pada kesempatan ini saya akan menyampaikan kelemahan yang jarang disinggung dalam berkontrasepsi dengan pil: menurunkan gairah seksual perempuan penggunanya.

Pil KB mengandung progesteron dan estrogen, itu kita sering dengar. Tapi yang kita tidak tahu adalah pengaruh tidak langsungnya terhadap jumlah testosteron. Adalah testosteron, bukan yang lain, hormon yang berpengaruh pada gairah seksual perempuan (juga laki-laki, tentu saja). Mekanismenya adalah sebagai berikut. Pil KB meningkatkan jumlah SHGB, protein dalam darah yang mengikatkan dirinya pada testosteron. Peningkatan SHGB mengakibatkan penurunan jumlah testosteron-bebas di dalam darah. Penurunan kadar testosteron mengakibatkan penurunan libido perempuan. Yang menarik adalah bahwa penghentian penggunaan pil KB ternyata tidak menurunkan kembali kadar SHGB. Dengan kata lain penurunan kadar testosteron pada perempuan akibat konsumsi pil KB bersifat permanen.

Berdasarkan statistik, satu dari empat pengkonsumsi pil KB mengeluhkan penurunan gairah seksual. Walaupun demikian perlu dicatat bahwa pil KB tidak menurunkan kemampuan perempuan menikmati hubungan seksual, pil KB hanya menurunkan keinginan untuk bercinta. Untuk itu, sebaiknya bagi yang belum menentukan pilihan kontrasepsi, jangan memilih pil KB sebagai pencegah kehamilan. Jangan sampai keinginan mbakyu-mbakyu semua terhadap penikmatan-kenikmatan-ternikmat-di dunia menjadi padam di tengah jalan.

Sumber: Mary Roach, Bonk—The Curious Coupling Of Science And Sex.

Senin, 16 November 2009

Keluhan

Mengeluh itu ibarat masturbasi, siapapun yang menanggapi keluhan sesungguhnya membantu memuncakkannya menjadi orgasme.

Minggu, 15 November 2009

Anakku Terlahir Sebagai Perempuan

Anakku terlahir dengan jenis kelamin perempuan, sebagaimana sudah diramalkan dan juga diharapkan. Keperempuannya diramalkan karena jenis kelamin anak-anak dari keempat kakakku membentuk pola yang menarik. Semua anak dari kakak pertamaku berjenis kelamin perempuan, kakak keduaku semua anaknya berjenis kelamin laki-laki, begitu seterusnya perempuan-laki-perempuan-laki dan sampai pada diriku sebagai anak kelima orang-orang menduga bahwa anak-anakku kelak semuanya adalah perempuan. Ramalan mereka benar, setidaknya untuk sementara benar. Tapi aku kuat menduga ini semua hanya kebetulan saja. Sementara itu, ibu dan ayah dari istriku memiliki tiga cucu dari anak pertama yang semuanya lelaki; mereka mengharapkan cucu dari kami akan berjenis kelamin perempuan. Begitulah, ketika sang perempuan ini akhirnya muncul sesuai pengharapan, mereka berdua meminta agar ditaruh dulu di rumah mereka. Kami sih ok saja. 

Waktu di sekolah menengah kita dikasih tahu bahwa kita memiliki 23 pasang kromosom yang mana separuh dari ibu dan separuh dari ayah. Ada sepasang kromosom yang kemudian disebut kromosom sex yang jika pasangan tersebut berupa XX akan menjadi perempuan sementara jika pasangan tersebut berupa XY akan menjadi anak laki-laki. Saat ini kita tahu bahwa kejadiannya tidak sesederhana itu.

Ahli biologi mengatakan bahwa jenis kelamin default manusia adalah perempuan, berbeda dengan, misalnya, jenis kelamin default burung yang laki-laki. Artinya jika tidak dilelakikan, seorang janin akan menjadi perempuan. Kehadiran kromosom Y adalah salah satu hal utama yang melelakikan janin. Pada minggu ke-5, janin mengembangkan gonad berpotensi ganda yang dapat berkembang menjadi testis atau ovarium. Apabila terdapat kromosom Y, pada minggu ke-7 gonad berkembang menjadi testis. Sementara jika tidak ada kromosom Y, gonad akan bersantai-santai dulu sebelum berkembang menjadi ovarium pada minggu ke-13.

Meskipun demikian, menjadi laki-laki atau perempuan tidak otomatis terjadi dengan kehadiran ovarium atau testis. Masih banyak lagi struktur berpotensi ganda lain yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh sekresi hormon steroid yang dihasilkan oleh testis yang dikenal dengan androgen (diproduksi pada minggu ke-8). Kehadiran androgen inilah yang mengakibatkan struktur berpotensi ganda tersebut menjadi organ laki-laki (ujung penis, batang penis dan skrotum) dan ketidakhadiran androgen akan menjadikannya organ perempuan (klitoris, labia minora dan labia mayora). Janin juga menyiapkan dua saluran, yakni Wolffian dan Mullerian. Kehadiran androgen akan mengakibatkan Wolffian menjadi vesikula seminalis, vas deferens dan epididimis (saluran-saluran kepunyaan laki-laki) sementara saluran Mullerian akan menyusut. Jika yang terjadi sebaliknya yakni androgen tidak hadir, saluran Wolffian akan menyusut sementara saluran Mullerian akan berkembang menjadi rahim, tuba fallopi dan bagaian dalam vagina (saluran-saluran kepunyaan perempuan). 

Itu jika kejadiannya sesuai rencana. Faktanya, proses di atas memerlukan rangkaian panjang yang melibatkan enzim-enzim yang dihasilkan gen-gen yang pada gilirannya memicu gen-gen lain untuk menghasilkan enzim-enzim. Jika proses ini terganggu, misalnya karena mutasi salah satu gen, akan terlahir bocah yang transjender. Misalnya janin berhasil menghasilkan testis tapi gagal mengembangkan saluran-saluran khas laki-laki dan akibatnya terlahir bocah dengan vagina yang menunjukkan keperempuanannya tapi ternyata sebenarnya bocah tersebut laki-laki dengan terbukti secara genetis dan keberadaan testis (biasanya diketahui setelah dewasa dengan keluhan tidak kunjung haidh dan uji genetis memastikan kelelakiannya). Contoh-contoh kelainan yang lain menunjukkan bahwa sebenarnya jenis kelamin tidak se-rigid yang kita duga.

Aku ceritakan ini dengan suatu pengharapan semoga anakku menjadi dan akan terus menjadi perempuan yang normal sehingga tidak menghadapi problema sosial yang dihadapi saudara-saudaranya yang transjender. Lebih jauh, semoga suatu saat jika dia membaca tulisan ini dia mampu mengembangkan empati terhadap mereka yang menghadapi masalah identitas dan orientasi terkait dengan jenis kelamin. Semoga.

Sumber: Mengapa Seks Itu Asyik (terjemahan) karya Jarod Diamond, terbitan KPG.