Entah kita sadari atau tidak, kehamilan merupakan efek samping dari persetubuhan, sebab sebagian besar hubungan seksual dilakukan untuk rekreasi bukan prokreasi. Bahkan patut diduga bahwa nenek moyang kita dahulu tidak begitu saja tahu keterkaitan antara kehamilan dengan persetubuhan. Oleh karena itu jika terjadi kejadian alam yang menghancurkan peradaban modern, kiamat 2012 misalnya, bisa jadi secara kebetulan yang tersisa adalah sekelompok manusia yang tidak memahami keterkaitan sex dengan kehamilan. Dengan demikian kita patut menyarankan agar seksolog dan ginekolog termasuk dari orang-orang penting yang harus dinaikkan ke Bahtera Nuh.
Wah, aku ngelantur ke film segala. OK, aku lanjutkan. Sejak menjadi beradab, manusia mengembangkan berbagai cara untuk mencegah kehamilan. Karena memang sudah menjadi dasar keberadaan manusia untuk mencari kesenangan dan kenikmatan tanpa repot-repot dengan risiko kehamilan. Sebagai hasil dari pelapisan demi pelapisan pengetahuan tersebut saat ini kita mengenal coitus interuptus, kondom, IUD, tubektomi, vasektomi, pil, suntik, implan, dan sebagainya sebagai moda pencegahan. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan, dan pada kesempatan ini saya akan menyampaikan kelemahan yang jarang disinggung dalam berkontrasepsi dengan pil: menurunkan gairah seksual perempuan penggunanya.
Pil KB mengandung progesteron dan estrogen, itu kita sering dengar. Tapi yang kita tidak tahu adalah pengaruh tidak langsungnya terhadap jumlah testosteron. Adalah testosteron, bukan yang lain, hormon yang berpengaruh pada gairah seksual perempuan (juga laki-laki, tentu saja). Mekanismenya adalah sebagai berikut. Pil KB meningkatkan jumlah SHGB, protein dalam darah yang mengikatkan dirinya pada testosteron. Peningkatan SHGB mengakibatkan penurunan jumlah testosteron-bebas di dalam darah. Penurunan kadar testosteron mengakibatkan penurunan libido perempuan. Yang menarik adalah bahwa penghentian penggunaan pil KB ternyata tidak menurunkan kembali kadar SHGB. Dengan kata lain penurunan kadar testosteron pada perempuan akibat konsumsi pil KB bersifat permanen.
Berdasarkan statistik, satu dari empat pengkonsumsi pil KB mengeluhkan penurunan gairah seksual. Walaupun demikian perlu dicatat bahwa pil KB tidak menurunkan kemampuan perempuan menikmati hubungan seksual, pil KB hanya menurunkan keinginan untuk bercinta. Untuk itu, sebaiknya bagi yang belum menentukan pilihan kontrasepsi, jangan memilih pil KB sebagai pencegah kehamilan. Jangan sampai keinginan mbakyu-mbakyu semua terhadap penikmatan-kenikmatan-ternikmat-di dunia menjadi padam di tengah jalan.
Sumber: Mary Roach, Bonk—The Curious Coupling Of Science And Sex.