Minggu, 26 Februari 2012

Groupies (Kita Berhutang Kepada Ariel)

Menurut berita infotainment, Ariel vokalis Peterpan akan segera bebas pada akhir Juli 2012. Roker yang, menurutku, dihukum atas kesalahan yang tidak ia lakukan itu saat ini sedang menjalani program asimilasi untuk menyesuaikan diri kembali dengan kehidupan di luar penjara. Berita tersebut mengingatkanku kembali pada kesimpulanku saat berita Ariel-Luna-Cut Tari mewabah di internet dan di warung-warung: Fenomena groupies memang benar-benar ada, dan bukan kisah sensasional belaka. Akupun menduga bahwa istri yang kemudian menjadi mantan istri Ariel pun sebenarnya adalah salah seorang groupie, tapi aku tidak bisa membuktikannya.

Di film-film tentang grup band, biasanya hollywood tidak melewatkan keberadaan groupies. Mereka adalah cewek-cewek yang rela menjeratkan dirinya dalam ikatan emosional dengan para selebritis personel band. Tidak hanya ikatan emosional, mereka juga mengembangkan ikatan seksual dengan artis pujaan mereka. Ke manapun grup band manggung, para groupies selalu hadir dan terlibat dalam keseharian tour, dan perkara seksual merupakan salah satu alasan keberadaan mereka di sana. Pertanyaannya adalah bagaimana perilaku ini bisa dijelaskan?

Sebelum mencoba mencari jawabannya, hal yang menarik adalah bahkan laki-laki kaya manapun tetap mengirikan posisi artis terkenal. Laki-laki tersebut harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli pelayanan seksual yang bisa diperoleh oleh artis terkenal secara gratis. Bukan hanya gratis, bahkan antreannya panjang. Dan kalau melihat kasus Ariel, tidak kurang para artis perempuan pun mengantre untuk berkencan dengan artis cowok pujaan. Para artis perempuan pun menjadi groupie bagi artis laki-laki, ini aneh tapi nyata (kayak acara kuno di TVRI aja). Hal ini menegaskan bahwa ketenaran lebih menguntungkan bagi laki-laki dibandingkan kekayaan.

Fenomena groupies tidak hanya terjadi pada artis modern. Alkisah, dalam pertunjukan Wayang Orang Sriwedari tokoh Arjuna selalu dimainkan oleh perempuan. Dulu orang menduga bahwa hal tersebut dikarenakan perempuan lebih sesuai untuk memainkan tokoh Arjuna secara luwes karena kehalusan Arjuna. Namun demikian, terbukti anggapan tersebut keliru. Tokoh Arjuna dimainkan perempuan karena pemeran tokoh Arjuna riskan dikerubuti groupies. Pernah kejadian seorang pemeran tokoh Arjuna hampir mati dipukuli orang tak dikenal setelah mengencani istri seorang saudagar yang terkenal pula. Sejak itu, dalam Wayang Orang Sriwedari pemeran tokoh Arjuna hampir selalu dimainkan oleh perempuan.

Sekarang kembali ke pertanyaan bagaimana perilaku groupie ini bisa dijelaskan termasuk mengapa hanya terjadi pengerubutan groupies cewek terhadap seleb cowok dan bukan sebaliknya. Dan dari sudut pandang spesies, apa keuntungan perilaku ini dimiliki oleh spesies manusia mengingat setiap perilaku yang tidak menguntungkan secara komparatif akan disingkirkan oleh tangan kejam alam melalui seleksi. Dengan kata lain apapun jawabannya, harus memuaskan secara evolusioner. Jawabannya aku tidak tahu, anda?

Kamis, 23 Februari 2012

Moralitas Sex Pra Nikah

Jika alat ukurnya kebahagiaan tertinggi manusia, kebebasan untuk melakukan sex pra nikah mungkin lebih bermoral daripada larangan melakukannya. Tentu saja asal sex pra nikah dilakukan dengan pertimbangan kesehatan (lahir dan batin) dan keamanan, serta dilakukan secara suka rela tanpa paksaan.

Pernyataan tersebut mungkin bertentangan dengan kultur kita yang masih menganggap sex pra nikah sebagai tindakan tidak bermoral. Kenyataannya, dalam kultur yang menganggap sex pra nikah adalah tindakan tidak bermoral, prosentase anak-anak muda yang melakukan sex pra nikah sangat tinggi dan mereka melakukannya tanpa pengetahuan yang memadai tentang sex sehingga membahayakan kesehatan mereka. Dalam kultur tersebut, agak sulit membuat pendidikan sex yang sebenarnya.

Pendidian sex yang baik adalah pendidikan yang menyiapkan anak-anak muda untuk memasuki dunia seksualitas dengan mempertimbangkan hal-hal yang penting dalam hidupnya, yakni kebahagiaan saat melakukannya dengan kebebasan tanpa paksaan, tetap menjaga kesehatan saat melakukannya terutama dalam menghindari penyakit menular secara seksual, melakukan upaya untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan agar tidak ada opsi untuk menggugurkan, serta keteguhan psikologis untuk berkata tidak jika tidak ingin melakukannya terutama untuk melawan opresi pasangan yang menggunakan sex sebagai senjata.

Pendidikan sex yang menggunakan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan tersebut (kesehatan, keamanan, kehormatan, harga diri, kebebasan, dsb.) akan mampu membekali anak-anak muda mengarahkan dorongan sexnya dengan cara yang lebih membahagiakan daripada pendidikan yang berisi larangan sex pra nikah. Hal tersebut dikarenakan menahan diri dari melakukan sex sangat membuat frustasi dan kenyataannya sebagaimana disebut sebelumnya sebagian besar tidak bisa menahan diri dan melakukan sex yang membahayakan. Oleh karena itu, memberi kebebasan sex pra nikah dengan bekal pendidikan sex yang benar akan lebih bermoral daripada larangan sex pra nikah, karena berpotensi lebih besar dalam memberikan kebahagiaan bagi manusia.