Kamis, 23 Februari 2012

Moralitas Sex Pra Nikah

Jika alat ukurnya kebahagiaan tertinggi manusia, kebebasan untuk melakukan sex pra nikah mungkin lebih bermoral daripada larangan melakukannya. Tentu saja asal sex pra nikah dilakukan dengan pertimbangan kesehatan (lahir dan batin) dan keamanan, serta dilakukan secara suka rela tanpa paksaan.

Pernyataan tersebut mungkin bertentangan dengan kultur kita yang masih menganggap sex pra nikah sebagai tindakan tidak bermoral. Kenyataannya, dalam kultur yang menganggap sex pra nikah adalah tindakan tidak bermoral, prosentase anak-anak muda yang melakukan sex pra nikah sangat tinggi dan mereka melakukannya tanpa pengetahuan yang memadai tentang sex sehingga membahayakan kesehatan mereka. Dalam kultur tersebut, agak sulit membuat pendidikan sex yang sebenarnya.

Pendidian sex yang baik adalah pendidikan yang menyiapkan anak-anak muda untuk memasuki dunia seksualitas dengan mempertimbangkan hal-hal yang penting dalam hidupnya, yakni kebahagiaan saat melakukannya dengan kebebasan tanpa paksaan, tetap menjaga kesehatan saat melakukannya terutama dalam menghindari penyakit menular secara seksual, melakukan upaya untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan agar tidak ada opsi untuk menggugurkan, serta keteguhan psikologis untuk berkata tidak jika tidak ingin melakukannya terutama untuk melawan opresi pasangan yang menggunakan sex sebagai senjata.

Pendidikan sex yang menggunakan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan tersebut (kesehatan, keamanan, kehormatan, harga diri, kebebasan, dsb.) akan mampu membekali anak-anak muda mengarahkan dorongan sexnya dengan cara yang lebih membahagiakan daripada pendidikan yang berisi larangan sex pra nikah. Hal tersebut dikarenakan menahan diri dari melakukan sex sangat membuat frustasi dan kenyataannya sebagaimana disebut sebelumnya sebagian besar tidak bisa menahan diri dan melakukan sex yang membahayakan. Oleh karena itu, memberi kebebasan sex pra nikah dengan bekal pendidikan sex yang benar akan lebih bermoral daripada larangan sex pra nikah, karena berpotensi lebih besar dalam memberikan kebahagiaan bagi manusia.